SIGN IN YOUR ACCOUNT TO HAVE ACCESS TO DIFFERENT FEATURES

CREATE AN ACCOUNT FORGOT YOUR PASSWORD?

FORGOT YOUR DETAILS?

AAH, WAIT, I REMEMBER NOW!

CREATE ACCOUNT

ALREADY HAVE AN ACCOUNT?
© 2015 Munif Chatib.
  • SIGN UP
  • LOGIN
  • Beranda
  • Profil
  • Buku
  • Artikel
  • Video
  • Tutur Sahabat
  • Kontak

Cara Belajar Anak Usia Dini

by master / Friday, 10 November 2017 / Published in Artikel

By Munif Chatib Dalam berbagai referensi anak usia dini adalah anak yang bersekolah pada jenjang SD kelas 3 ke bawah. Jadi di mulai dari bayi. Benyamin S. Bloom lewat bukunya “Stability and Change in Human Characteristic” membuktikan bahwa 50% kemampuan belajar seseorang ditentukan dalam 4 tahun pertamanya. Sedangkan 30 % yang lainnya dikembangkan dalam usia ke delapan. Hal-hal lain yang seseorang pelajari sepanjang hidup akan dibangun di atas dasar tersebut. Masa perkembangan otak ini dikenal dengan nama GOLDEN AGE (USIA EMAS). Anak pada USIA EMAS ternyata RAJA dalam PEMBELAJARAN. Mereka sangat ingin tahu apa saja. Langit yang berwarna birupun ditanyakan. Seorang bayi akan meneliti selembar kertas yang disodorkan kepadanya, bahkan mungkin dia akan memakan kertas itu agar ia tahu apa sebenarnya kertas itu. Atas dasar itulah maka berbagai sekolah terutama tingkat Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak (TK) menjadikan anak-anak seusia tersebut harus dipaksa belajar banyak hal, terutama MEMBACA, MENULIS dan MENGHITUNG. Kata beberapa orang sah-sah saja mengajari anak usia dini dengan materi-materi membaca, menulis dan menghitung agar cepat ‘BISA’. Kan anak usia dini adalah pembelajar terbaik. Menurut saya, anak usia dini memang PEMBELAJAR YANG BAIK DAN CEPAT. Hanya saja ada dua pertanyaan mendasar, yaitu belajar tentang apa pada masa itu?. Lalu bagaimana cara mengajarinya? Pertama, sungguh anak usia dini waktunya belajar hal-hal yang konkrit, nyata dan kontekstual. Contohnya anak usia dini ingin belajar naik tangga, melompat, ada barang baru di rumah, rumput-rumput yang hijau di halaman, bermain tanah dan lain-lain. Anak usia dini belum waktunya belajar secara abstrak atau tekstual. Anak usia dini tidak perlu harus belajar berpikir tentang definisi nakal itu apa? Harus mampu menulis dan menghitung soal-soal perhitungan yang abstrak. Nanti setelah lewat usia dini, barulah otak anak kita membutuhkan pengetahuan yang tekstual untuk melengkapi pengetahuan kontekstualnya. Kedua, cara memberi informasi sesuatu yang kontekstual kepada anak usia dini adalah dengan permainan yang menyenangkan. Anak usia dini tidak suka dengan tekanan dalam belajar. Tekanan dalam belajar akan menurunkan minat anak usia dini untuk mengetahui banyak hal. Jadi sebagai guru dan orangtua, kita harus adil terhadap pola asuh anak kita. Adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya. Insyallah anak kita akan bahagia. Jakarta, 4 November 2017

  • Tweet
Tagged under: bekasi, cara belajar anak usia dini, insan mandiri cibubur, munif chatib, school of human cibubur

About master

What you can read next

BERDIRI DI KILO METER NOL
ANAK USIA DINI HARUS BELAJAR APA? By Munif Chatib
SEBENTAR LAGI MAJIKAN KITA ADALAH GADGET

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Beranda
  • Profil
  • Buku
  • Artikel
  • Video
  • Tutur Sahabat
  • Kontak
TOP