SIGN IN YOUR ACCOUNT TO HAVE ACCESS TO DIFFERENT FEATURES

CREATE AN ACCOUNT FORGOT YOUR PASSWORD?

FORGOT YOUR DETAILS?

AAH, WAIT, I REMEMBER NOW!

CREATE ACCOUNT

ALREADY HAVE AN ACCOUNT?
© 2015 Munif Chatib.
  • SIGN UP
  • LOGIN
  • Beranda
  • Profil
  • Buku
  • Artikel
  • Video
  • Tutur Sahabat
  • Kontak

Totto Chan bukan ABK

by master / Friday, 12 October 2012 / Published in Artikel

TERNYATA TOTTO CHAN BUKAN ABK

By Munif Chatib

 

     Masih ingat cerita Totto Chan dari Jepang yang terkenal itu. Awalnya Totto Chan dianggap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di SD pertama tempat dia bersekolah. Dia dianggap hiperaktif. Tidak pernah duduk dian. Selalu berdiri dan pergi ke jendela kelas. Gurunya selalu marah-marah dan merasa Totto Chan menjadi ‘trouble maker’. Akhirnya hanya dalam beberapa hari saja bersekolah, Totto Chan di keluarkan dari sekolah, dengan menyandiang gelar hiperaktif, tidak bisa duduk dian dan nakal.

     Untungnya Totto Chan dan bundanya bertemu dengan Sekolahnya Manusia, Tomeo Gakuen. Kelasnya saja terbuat dari gerbong kereta api bekas. Ketika Totto Chan ingin masuk, gurunya memintanya terlebih dahulu mengeluarkan isi tasnya, lalu melempar semua isi tasnya ke keranjang basket yang ada di depan kelas tersebut. Setelah semua isi tas berhasil dilempar masuk dalam basket tersebut, maka Totto Chan baru diperbolehkan masuk kelas. Betapa senangnya Totto chan duduk di kelas yang penuh dengan kaca jendela yang terang benderang. Maklumlah dari gerbong kereta api. Bayangkan di sekolah yang lalu, Totto Chan tidak bisa duduk diam dan dianggap hiperaktif. Namun di Sekolahnya Manusia Totto Chan bisa duduk manis dan dianggap mempunyai kecerdasan kinestetis. Sekarang Totto Chan atau nama aslinya Tetsuko Kuroyanagi menjadi seorang tokoh pendidikan yang sukses dan bekerja di UNICEF.

     Sebenarnya yang ingin saya paparkan dalam artikel ini adalah, bagaimana kita menilai seorang anak itu berkebutuhan khusus atau tidak. Menurut saya hal yang paling penting adalah identifikasi awal dari anak tersebut. Pastilah yang diindentifikasi adalah perilaku anak tersebut dari berbagai sisi. Contoh Totto Chan dari perilakunya yang tidak bisa diam, terus bergerak. Jika dilakukan identifikasi oleh ahlinya, maka akan muncul dua hasil, yaitu:

1.       Anak yang memang mempunyai hambatan otak, dan

2.       Anak yang mempunyai gaya belajar tertentu.

     Jika anak tersebut mempunyai hambatan otak, misalnya autis, maka cara menanganinya adalah terapi-terapi autis, seperti terapi wicara, terapi pengendalian emosi, dan lain-lain. Guru reguler seyogyanya harus mengetahui cara dan jenis-jenis terapi ini. Saya selalu mengkampanyekan semua guru harus menjadi SHADOW dan TERAPIS.

     Jika anak tersebut tidak mempunyai hambatan brain. Hanya penyesuaian gaya belajarnya, maka guru harus mengetahui gaya belajar anak tersebut. Caranya dapat dengan anak tersebut melakukan Multiple Intelligences Research (MIR), sebuah alat riset psikologis yang mendiskripsikan kecerdasan majemuk dan gaya belajar anak kita. Contoh hasil MIR dapat dilihat di buku saya SEKOLAHNYA MANUSIA hal 55. Jika gaya belajar anak itu diketahui, maka guru dapat mengajar dengan strategi yang sesuai dengan gaya belajar anak tersebut. Insyaallah anak akan enjoy belajar dan target pembelajaran tuntas.

     Betapa banyak guru salah menilai seorang anak yang susah memahami pelajaran dengan terburu-buru menilai anak tersebut mempunyai hambatan otak, padahal anak itu sehat walafiat hanya tidak cocok saja gaya mengajar gurunya dengan gaya belajar anak tersebut.

 

  • Tweet

About master

What you can read next

TRUST AND RESPECT, 2 KATA KUNCI GURU FINLANDIA
SEKOLAHNYA MANUSIA ITU APPLIED LEARNING
Kuliah Parenting “Setiap Anak Bintang” di TK Al-Khoiriyah Condet

2 Comments to “ Totto Chan bukan ABK”

  1. zaki setiawan says :Reply
    October 14, 2012 at 12:45 pm

    buku yang ditulis bapak “sekolahnya manusia” mirip sekali dengan cerita novel “toto chan” dalam artian pola pendidikan yang diterapkan di sekolah. Yang jadi pertanyaan saya adalah pada scene di novel ” Toto chan “:” anak-anak yang mengikuti pelajaran renang wajib telanjang agar anak menjadi percaya diri terhadap bentuk tubuhnya sendiri dan mengajari anak-anak untuk menghargai kelebihan dan kekurangan bentuk tubuh temannya. Seperti yang kita ketahui sekolahnya “toto chan” itu sekolah inklusif ( kalau tidak salah memahami). Jadi ada yang difabel. Kayaknya bagus tapi kok agak gimana.hehehehehehe…!!! Gimana menurut bapak metode pembelajaran seperti ini? Terimakasih

  2. fauziah says :Reply
    November 8, 2012 at 12:27 pm

    ah….aku juga selalu memimpikan sekolah seperti totochan.Benar-benar memanusiakan manusia.Namun masalahnya…..yang saya rasakan adalah banyak karakteristik anak yang saya hadapi. Lantas bagaimana caranya agar anak bisa optimal sesuai karakter yang dimilikinya. Yang mat nya melejit biar matnya melejit sekalian. Yang melejit kesenian biar keseniannya melejit sekalian. Apalagi ada UN!!!!

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Beranda
  • Profil
  • Buku
  • Artikel
  • Video
  • Tutur Sahabat
  • Kontak
TOP